. 1. Pengertian seni tari
Seni tari
adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh
yang diperhalus melalui estetika.
Menurut beberapa ahli
1. Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang
diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi
bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.
2. La Mery menyatakan bahwa tari adalah
ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus
diinternalisasikan untuk menjadi bentuk yang nyata
3. Suryo menyatakan tari dalam ekspresi
subyektif yang diberi bentuk obyektif dalam Elemen utamanya berupa gerakan
tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang
secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan
demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas.
4. Hawkins menyatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang
diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis
tersebut sebagai ungkapan si penciptanya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum
bahwa, pengertian tari
adalah unsur dasar gerakyang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan
sesuai keselarasan irama.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah
gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh
irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain
juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam
dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis. Tari juga bisa dikatakan
sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk
media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer.
Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan
gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus
pekerti manusia yang mempelajarinya.
2. 2. Jenis-jenis tari tradisional
A.Tari tunggal
Yaitu tari yang ditarikan oleh 1 orang
Tari Pedang Mualang Tari Pedang Mualang suku Dayak
Mualang Kalimantan Barat adalah sebuah tarian tunggal tradisional yang di sajikan di masa kini untuk menghibur
masyarakat dalam setiap acara tradisional,
seperti Gawai Dayak (pesta panen padi), Gawai Belaki Bini (pesta pernikahan)
dan lain-lain. Tari Pedang Mualang Tari ini lebih menekankan pada Gerakan
aktraktif menggunakan pedang dalam menyerang maupun menangkis serangan lawan
B. Tari berpasangan
Yaitu tari yang ditarikan oleh 2 orang
Tari Cakalele Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk
menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini dibawakan oleh
30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan dengan iringan
musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup). Tari Cakalele Para penari pria
biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita
menggunakan lenso (sapu tangan). Penari pria mengenakan…
3. Tokoh tari
1. AM. Munardi, S.Pd
(alm)
Tokoh tari Jawa Timur yang hingga akhir hidupnya (23
Maret 2000) menunjukkan kepedulian yang sangat besar terhadap dunia seni tari
di Jawa Timur adalah AM Munardi yang dilahirkan di Yogyakarta, 15 Nopember 1939
dan mulai belajar menari tahun 1954 di Among Beksa Kraton Yogyakarta. Pada
tahun 1973, AM Munardi menjadi guru di SMKI (sekarang SMK 9) Surabaya,
menjadi penata tari dan dikenal pula sebagai pengamat tari. Beberapa karya
tarinya, diantaranya: Sang Duta (1967), Cermin (1975), Seblang Nukyeng (1972),
Reog Brantas (1982), Topeng Panji Reni (1977), Sabu-Sabu (1976), Sudamala
(1978),Sumantri Wirotama (1979), Dramatari Calonarang (1970), dan Damarwulan
Jurit (1983). Disamping menata tari dan menjadi guru, Munardi juga menulis
beberapa karya tulis yang menjadi acuan pelajaran teori seni tari di berbagai
institusi formal seni tari, diantaranya; Pengetahuan Seni Tari I dan II, Wayang
Topeng Malang (bersama Sal Murgiyanto), Gandrung, dan Seblang.
Sosok AM Munardi di Jawa Timur cukup dikenal, dengan
kesederhanaannya, ketekunan dan semangatnya yang terus menggema melalui
pemikiran dan kegiatan yang sering dilakukannya untuk memajukan seni tari
Jawa Timur. Penghargaan pernah diraihnya, diantaranya: penghargaan penulisan
naskah tari dari Direktorat Kesenian Depdikbud (1977, 1978, 1979), gelar Jalma
Dwija (1994) oleh Paguyuban Sutresno Pusaka Lan Budaya Jawa dan Penghargaan
Seniman Jawa Timur (2001).
Pada sekitar tahun 1970-an, AM Munardi
mempelajari tari Topeng Malang hingga dapat menyusun kembali bentuk tari
topeng Malangan yang kemudian menjadi materi tari di SMKI Surabaya. Karya tari
topeng Malang yang disusun kembali oleh AM Munardi, diantaranya: tari Topeng
Bapang, Topeng Patih, Topeng Gunungsari, Grebeg Jawa, dan Topeng Sekartaji.
Karya tari topeng Malangan itu kemudian menjadi pemacu untuk merekontruksi
kembali tari topeng gaya Malangan yang kemudian digunakan sebagai materi
pelajaran seni tari.
2. Munali Fatah
Munali Fatah dilahirkan di Sidoarjo 17 Mei 1924.
Munali mulai bergabung dengan kesenian Ludruk Rukun Makno pada tahun 1938 dan
pada tahun 1963 bergabung dengan Ludruk RRI Surabaya dengan kemampuan ngidung
dan beksa ngremo.
Munali adalah tokoh tari yang dikenal melalui
susunan tari Ngremo gaya Munali Fatah. Tari Ngremo merupakan suatu bentuk tari
yang telah mendapat pengakuan masyarakat sebagai salah satu bentuk tari khas
Jawa Timur memiliki berbagai gaya tari tergantung pada siapa penyusunnya
dan dimana daerah perkembangannya. Bentuk tari Ngremo ada dua yaitu bentuk tari
putra dan bentuk tari putri. Tari Ngremo yang disusun oleh Munali atau lebih
sering disebut Ngremo Munali (gaya Munali) merupakan suatu bentuk tatanan tari
yang lebih menonjolkan pada kejelasan akan bentuk gerak tari yang sederhana namun
memiliki kepekaan, kekentalan struktur tari yang membentuk pola baku yang mapan
dan mantap. Tari Ngremo Munali yang telah mendapat pengembangan sampai
saat ini masih menjadi materi tari wajib yang harus dikuasai pada berbagai
institusi tari walaupun sudah mengalami perubahan secara tidak langsung dalam
hal gerak tari karena faktor perubahan alami yang terjadi dari teknik
penyampaian yang dilakukan secara simultan.
Penghargaan yang pernah diperoleh oleh Munali Fatah adalah dari Pusat Lembaga
Kebudayaan Jawi (PLKJ) di Surabarta, Penghargaan sebagai seniman tari dari
panitia Festival Cak Durasim (2002), dan Penghargaan Seniman Jawa Timur tahun
2002.
3. Soenarto AS. S.Sn
Senarto AS dilahirkan di Solo pada tanggal 22 Mei
1936, hingga saat ini menjadi dosen di STKW Surabaya. Soenarto yang juga
sebagai seorang penata tari telah menciptakan berbagai karya tari diantaranya;
tari Ngremo Putra, tari Ngremo Putri, tari Gandrung, Tari Gunungsari
(1979), tari Tanganku (1979), Dramatari Kudo Noro Wongso (1990), dan Bedoyo
Ujung Galuh (1978) yang pernah mendapat penghargaan Walikota Surabaya pada saat
itu.
Perjalanan Soenarto AS dalam dunia seni tari
diawalinya dengan menjadi penari sekitar tahun 1960-an, yang kemudian mulai
mengamati perkembangan seni tari di Jawa Timur. Melalui pengamatan selama
menekuni seni tari, Soenarto AS berpandangan tentang perkembangan seni tari
Jawa Timur pada tahun 1962-1971 yang tertutup pengembangannya karena seni tari
gaya Surakarta lebih melekat di hati masyarakat. Soenarto AS mulai tergugah
untuk mengembangkan tari tradisional Jawa Timur dengan menerobos pandangan tari
tradisi menjadi sudut pandang tari pendidikan formal. Dengan menggali tari
tradisi diharapkan dikembangkan seni tari tradisi itu sesuai pertumbuhan jaman.
Penggalian seni tradisi yang dilakukan Soenarto AS
menghasilkan sebuah susunan tari Ngremo gaya putra dan putri yang kemudian
dijadikan gaya pola gerak tari Ngremo di SMKI (SMK 9), STKW dan Sendratasik
UNESA bahkan pola gerak itu melekat pula pada alumnus seni tari yang pernah
mempelajari tari Ngremo ini swebagai bahan ajar tingkat pemula sebagai dasar
pembakuan.
4. Soeparmo
Soeparmo dilahirkan di Probolinggo 25 Desember 1943.
Pengalaman berkesenian diawali pada tahun 1950 menjadi penari bersama orang
tuanya. Ketrampilan menari diperolehnya dari orang tuanya. Pada tahun
1983, Soeparno menata kembali tari Glipang yang pernah dipelajarinya dari
ayahnya, dan susunan tari itu mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Tahun
1983 mendapat penghargaan sebagai pelatih terbaik tari Glipang, tahun
1984 mendapat penghargaan pada Pekan Tari dan Musik daerah tingkat Nasional,
tahun 1991 terpilih dalam Festival tari daerah kreasi terbaru, dan tahun 1992
penghargaan Festival seni musik vokal Tradisional.
Pandangan Soeparmo tentang karya tari adalah
berpijak dari kebiasaan serta situasi dan kondisi masyarakat daerah sekitar
komunitasnya sehingga dapat memunculkan ide untuk menghasilkan sebuah karya
seni.
5. Karimun
Karimun adalah tokoh tari gaya Malangan yang eksis
dengan tari topengnya. Karimun dilahirkan di Malang tanggal 19 Juni 1919 dan
dibesarkan dari keluarga seniman. Perjalanan berkesenian sempat terhenti tahun
1948 karena jaman penjajahan Jepang dan pada tahun 1950 mendirikan sanggar
“Asmoro bangun” di Dukuh Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji
Malang.
Melalui pengalamannya, Karimun menata kembali tari
Topeng menjadi bentuk-bentuk tari lepas sesuai karakter topeng, diantaranya:
tari Topeng Gunungsari, Tari Topeng Bapang, Tari Grebeg, Tari Topeng Beskalan,
Tari Topeng Patih, Tari Topeng Sekartaji, dan Topeng Panji. Hasil penataan tari
oleh Karimun ini menjadi sejarah besar bagi perkembangan seni tari Topeng di
Jawa Timur. Karya Karimun mulai diperkenalkan melalui materi pelajaran tari di
SMKI Surabaya, STKW dan juga UNESA. Hingga saat ini tari Topeng dari
Kedungmonggo merupakan salah satu bentuk tari topeng Jawa timur yang paling
banyak dipergunakan sebagai materi pelajaran di berbagai institusi formal maupun
di sanggar-sanggar di Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya.
Keberadaan dan kebertahanan tari topeng karya Karimun ditunjang pula oleh
iringan tari berupa kaset yang dijual secara umum.
Bagi Karimun, proses pandang hasil karya didasarkan
atas bakat, pengalaman dan imajinasi. Pandangan itu didasari atas pengalaman
yang diperolehnya selama menekuni seni Topeng.
6. Sumitro Hadi
Sumitro Hadi yang akrab dipanggil dengan Mitro
adalah tokoh tari Banyuwangi yang cukup dikenal melalui karya-karya seni tari
tradisional yang ritmis, dinamis dan sangat menarik dalam segi penampilan
secara keseluruhan. Sumitro Hadi dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 16
Agustus 1951. Pengalaman berkesenian Mitro dimulai dari lingkungan keluarga
yang menyenangi seni tari. Pada tahun 1977, Mitro mendirikan Sanggar Tari
Jingga Putih hingga saat ini dan Mitro juga sebagai pimpinan sanggar.
Sumitro Hadi melalui sanggarnya mengadakan pelatihan
dan sekaligus menjadikan sanggarnya sebagai pemacu motivasinya untuk berkarya
tari. Hasil karya yang pernah diciptakan Sumitro Hadi, diantaranya: Jaran
Goyang (1969), Jaran Buto (1974), Padang Bulan (1976), Jejer Banyuwangi (1976),
Jaran Dawuk (1986), Kundaran (1992) dan Kuntulan (1995). Karya-karya Mitro
hingga saat ini mampu bertahan ditengah maraknya perkembangan seni tari
modern karena nilai-nilai tradisi tari Banyuwangi sangat melekat pada karyanya.
Sebagian besar karya Mitro hingga saat ini menjadi materi pelajaran tari di institusi
formal maupun di sanggar-sanggar di Jawa Timur bahkan karyanyapun pernah
ditampilkan di Firlandia (1996), Hongkong 1979), USA (1991), dan
Australia Barat (1992).
Dalam berkarya, Sumitro Hadi berpegang pada
perumpamaan berlari semasa bias berlari, berjalan semasa masih bias berjalan,
merangkak semasa masih bias merangkak, dan dalam diam pandanglah apa yang telah
diperbuat, karena hanya ada amal ibadah berupa menyenangkan orang lain.
7. Drs. M. Soleh Adi Pramono
Soleh adalah panggilan akrapnya, dan dilahirkan di
Yogyakarta 1 Agustus 1951. Pendidikan formal Seni Tari diperoleh mulai bangku
sekolah di Konservatori Surabaya (SMKI) dan kemudian melanjutkan di ISI
Yogyakarta lulus tahun 1984. Saat ini Soleh menetap di Malang dan di sana pula
mendirikan Padepokan Seni Mangun Dharmo di Kecamatan Tumpang kabupaten Malang.
Soleh sangat eksis dengan pelestarian dan
pengembangan tari tradisional Jawa Timur, bahkan berbagai kemampuan berkesenian
dimilikinya yaitu sebagai penari, penata tari, penata iringan dan sebagai
dalang wayang Topeng dan wayang Kulit yang sangat dikenal di daerah Malang
hingga berbagai daerah Jawa Timur. Pada tahun 2000, Soleh mendapatkan
penghargaan sebagai Seniman Jawa Timur dari gubernur Jawa Timur.
Dalam karya tari telah dihasilkan berbagai karya,
diantaranya; tari Kolosal Babad Malang (1976), Dramatari Condro Mowo (1991),
tari Jaranan Dor, dan berbagai tari tradisional yang dikemas menjadi bentuk
tari kreasi. Karya tari hasil kemasan yang bernuansa tradisi karya Soleh sangat
digemari masyarakat dan karya itu dimasukkan pula dalam materi tari pelatihan
di berbagai sanggar.
Pandangan Soleh tentang suatu karya dapat lahir
karena system pelatihan (sanggar) yang terus menerus. Semakin sering berlatih
akan menghasilkan lebih banyak karya tari. Proses karya akan selalu berlanjut
terus untuk membentuk karya-karya baru, oleh sebab itu menurutnya dokumentasi
sangat diperlukan.
8. Tri Broto Wibisono, S.Pd
Tri Broto adalah panggilan akrabnya, beliau adalah
tokoh tari Jawa Timur yang masih relatif muda namun mempunyai pemikiran dan
konsep ke depan terhadap perjalanan seni tari Jawa Timuran. Pengalaman
berkesenian dilalui juga dengan pendidikan formal di Konservatori Kesenian
Surabaya (saat ini SMK-9/SMKI) pada tahun 1970-an. Sebagai seorang tokoh
tari, Tri Broto aktif dalam kegiatan pengamatan tari di berbagai daerah di Jawa
Timur, bahkan sesekali Tri Broto tampil sebagai penari tunggal dalam even-even
nasinal maupun internasional.
Pada tahun 1977, Tri Broto mendirikan sanggar Bina
Tari Jawa Timur, dan hingga saat ini sanggar ini masih berjalan dan masih cukup
disegani keberadaannya sebagai salah satu sanggar yang konsis terhadap
perkembangan seni tari Jawa Timuran. Beberapa murid Bina Tari telah berhasil
dalam hal pengajaran seni tari khususnya Jawa Timur, bahkan ada pula yang telah
menjadi penari professional serta penata tari professional di Jawa timur.
Keberhasilan Tri Broto dapat dilihat dari karya-karyanya, diantaranya; tari
Ngremo Jugag, tari Tandang Tayub, Tari Sekartaji, Tari gunungsari, Tari
Probolengger, Tari Wirogo Putri, dan masih banyak lagi. Tri Broto juga telah
mencoba menyusun struktur tari Jawa Timur dalam tingkat dasar putri, tingkat
dasar putra dan gagahan.
9. Taufikurachman
Taufikurachman adalah seorang tokoh tari Sumenep
yang masih memiliki darah Keraton Sumenep. Taufik lahir di Sumenep tanggal 10
Oktober 1945 dan mulai mempelajari tari sejak tahun 1957 saat dia berusia 12
tahun. Taufik pernah belajar seni tari di Padepokan Seni Tari Bagong
Kusudiarjo Yogyakarta. Dengan berbekal ketelatenan, disiplin, keuletan, Taufik
dapat membawa nama daerahnya ke tingkat nasional maupun internasional. Melalui
karya tari Muwang sangkal yang memiliki ciri khas tari Sumenep dengan pola
gerak, iringan, busana, rias dan didukung dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam semua aspek tari membuat Taufik semakin dikenal.
Karya tari Taufik sangat kental dengan unsur tari
Sumenep. Karya Taufik yang cukup dikenal oleh masyarakat,
diantaranya; Muwang Sangkal, Condik Somekar, Sape Sono, Topeng Potre, Tari
Pecut Sumenep, Pleteng, Tongkeng Pangilen, dan Topeng Rampak Prapatan.
Tari Muwang Sangkal diciptakan tahun 1962 adalah
salah satu karya Taufik yang telah beberapa kali dipentaskan di manca negara,
diantaranya: London (1996) dan Den Hag (Pasar Raya Malam Tong-Tong,
2000). Hingga saat ini Tari Muwang Sangkat karya Taufik telah menjadi salah
satu bentuk materi tari yang diajarkan di Jurusan Sendratasik FBS UNESA dan
STKWS Surabaya.
4. 4. Seni tari tradisional Kuantan Singingi
Gesekan Piual—Biola, hentakan pukulan Gondang dan
tiupan lapri (Serunai), diiringi langkah tari merupsakan ciri khas tersendiri
dari Randai Kuantan. Salah satu bentuk kesenian rakyat tradisional Kabupaten Kuantan
Singingi. Randai
Kuantan merupakan kesenian rakyat yang komunikatif, lahir dan
berkembang di tengah-tengah masyarakat Kuantan. Randai Kuantan membawakan suatu
cedrita yang sudah disusun sedemikian rupa dengan dialog dan pantun logat Melayu
Kuantan, disertai lagu-lagu Melayu Kuantan sebagai paningkah babak-babak
cerita.
Memang suatu pertunjukan kesenian rakyat yang
membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak
urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan
biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah
begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan.
http://welnipangean.blogspot.com/2012/02/tugas-seni-budaya-xi-ipa-1-semester-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar